Sunday, January 21, 2007

Netanyahu Ajukan Ahmadinejad ke Pengadilan

Netanyahu Ajukan Ahmadinejad ke Pengadilan

JERUSALEM, MINGGU - Pemimpin oposisi, yang juga mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, hari Minggu (21/1) mengatakan akan mengajukan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke Mahkamah Internasional. Ahmadinejad dituduh mengeluarkan pernyataan yang menghasut untuk melakukan genosida.
"Kami sedang bekerja untuk mengajukan Ahmadinejad ke pengadilan sebagai penjahat perang karena menyerukan genosida," kata Netanyahu dalam sebuah konferensi di Herzliya. "Deklarasi universal tentang hak asasi manusia tahun 1948 tidak hanya melarang tindakan genosida, tetapi juga hasutan melakukan genosida," ujarnya.
Ahmadinejad pernah menyatakan bahwa peristiwa pembantaian besar-besaran pada masa pendudukan Nazi hanya mitos belaka dan menyerukan agar Israel dihapus dari peta dunia. Iran juga pernah menggelar konferensi holocaust yang mengundang kontroversi beberapa waktu lalu.
Netanyahu mengatakan sedang melobi tokoh-tokoh internasional dan telah berdiskusi dengan para diplomat tentang inisiatif tersebut. Netanyahu merencanakan mengunjungi Inggris pekan ini untuk melobi para pejabat di negara tersebut.
"Saya meminta kepada seluruh dunia, yang tidak menghentikan holocaust waktu itu, untuk menghentikan segala bentuk holocaust di masa kini," ujar Netanyahu. "Tidak perlu menunggu PBB memberlakukan sanksi Dewan Keamanan," katanya.
Tetap menantang
DK PBB telah menjatuhkan sanksi kepada Iran atas aktivitas nuklirnya pada 23 Desember 2006. Namun, hari Minggu kemarin, Ahmadinejad mengatakan bahwa sanksi PBB tidak bisa menghentikan Iran walaupun ada 10 sanksi yang akan dijatuhkan. Iran tidak akan mundur dari aktivitas pengayaan nuklir karena ditujukan untuk kepentingan energi.
Israel menolak untuk mengesampingkan pilihan tindakan militer pre-emptif, seperti yang pernah dilakukan Israel saat menyerang reaktor nuklir Irak tahun 1981. Namun, para pengamat mengatakan, kekuatan nuklir Iran terlalu besar untuk ditangani Israel sendirian.
Netanyahu terus menyuarakan sikap agresif untuk menghadapi Iran. Dia menawarkan sanksi sukarela, yang berbeda dengan sanksi PBB, yang dianggap lebih efektif. Dia mencontohkan kasus apartheid di Afrika Selatan yang berhasil ditangani dengan sanksi semacam itu. "Saat bola salju sanksi sukarela itu mulai menggelinding, tekanan terhadap Iran akan menjadi sangat besar," katanya. (AP/Reuters/FRO)

No comments: